Adaberbagai teknik pranayama (cara bernapas) yang manfaatnya berbeda, misalnya mengurangi stres, meningkatkan energi, menenangkan pikiran, atau menyalurkan energi negatif . Metode 1 Berlatih Napas Dirga (Napas 3 Bagian Tubuh) untuk Mengurangi Stres 1 Awali latihan mencari posisi duduk yang nyaman atau berbaring.
Nafas adalah prana. Brata yang ditujukan pada nafas dinamakan pranayama. Orang yang berhasil dalam brata nafas disebut jayaprana. Jaya berarti menang. Kalau orang itu kemudian mati, maka tubuhnya disebut layonsari. Layon berarti layu. Sari berarti bunga. Jasad orang yang sudah jaya prana disamakan dengan sekuntum bunga layu. Bunga tidak hanya dihubungkan dengan jasad, tapi juga dihubungkan dengan tubuh semasih hidup. Kalau jasad dihubungkan dengan bunga layu, maka tubuh hidup dihubungkan dengan bunga kuncup dan mekar. Tidak terelakkan muncullah pertanyaan seperti berikut ini. Kalau tubuh diibaratkan sekuntum bunga, apa yang menjadi tangkainya? Jawabannya adalah nafas. Nafas adalah tangkai dari tubuh. Agar bunga tidak bergoyang ditiup angin, maka peganglah tangkainya dengan baik dan benar. Maksudnya, peganglah nafas kalau ingin tubuh ini diam sempurna. Kemampuan memegang nafas itulah yang ingin didapatkan oleh orang yang terus menerus berlatih pranayama. Dengan apakah nafas dapat dipegang? Nafas tidak bisa dipegang dengan tangan. Tidak bisa pula nafas dipegang dengan upacara tingkatan nista-madhya-utama. Menurut orang yang tahu, nafas dipegang dengan nafas itu sendiri. Secara filosofis, ia dipegang oleh dirinya. Maksudnya, nafas di-pegang dengan nafas. Prana dipegang oleh prana. Apa maksudnya? Seperti berikut ini penjelasan sederhananya. Dari prana muncullah Pranawa. Yang disebut pranawa adalah Ongkara yang muncul dari dalam prana. Namanya adalah Ongkara Pranawa. Juga disebut Pranawa Ongkara. Nafas masuk dan nafas ke luar adalah rwabhinedha. Tempat Ongkara Pranawa tidak pada nafas yang ke luar, dan tidak pula pada nafas yang masuk. Tempatnya adalah di antara nafas yang masuk dan nafas yang ke luar itu. Di antara nafas yang masuk dan nafas yang ke luar terdapat nafas yang diam. Di dalam nafas yang diam itulah tempat Ongkara Pranawa. Dari sana Ongkara Pranawa menggerakkan nafas yang ke luar maupun nafas yang masuk. Ongkara Pranawa itulah yang mengendalikan. Itulah sebabnya, di atas dikatakan bahwa nafas dipegang dengan nafas. Prana dipegang dengan prana. Ongkara Pranawa itu tidak tidur ketika kita tidur. Bernafas sesungguhnya pekerjaan sakral. Bernafas itu ritual pribadi di dalam diri sendiri. Menurut kitabnya, bernafas melalui mulut adalah tingkatan nista. Bernafas melalui hidung adalah tingkatan madhya. Sedangkan tingkatan utama adalah bernafas melalui ubun-ubun. Banyak cara mengartikan trilogi nista-madhya-utama. Dalam hal ini nista-madhya-utama diartikan bawah-tengah-atas. Mulut terletak pada urutan paling bawah. Hidung ada di tengah. Posisi ubun-ubun paling atas. Mulut adalah gerbangnya Yama. Hidung adalah gerbangnya Baruna. Ubun-ubun adalah gerbangnya Shiwa. Yama adalah kematian. Baruna adalah kehidupan. Shiwa adalah kelepasan. Sekarang mari kita berbicara sedikit tentang ubun-ubun. Siapa tahu kelak di antara kita ada yang “jaya prana” melalui upacara tingkatan utama yaitu bernafas lewat ubun-ubun. Ubun-ubun adalah gerbang Shiwa atau Shiwadwara. Melalui ubun-ubun itulah Shiwa masuk dan ke luar tubuh. Ubun-ubun sifatnya tertutup. Gerbang tertutup itu mesti dibuka terlebih dahulu. Kunci untuk membukanya adalah yoga. Dasar untuk melaksanakan yoga adalah dasasila, atau sepuluh sila. Kesepuluh sila itu dibagi menjadi dua, yama brata dan niyama brata. Dasar dari dasasila adalah ahimsa, yaitu tanpa kekerasan walau di tingkat pikiran sekali pun. Dasar dari ahimsa adalah tat twam asi. Dasar dari tat twam asi adalah tattwa darshana. Yang dimaksudkan tattwa darshana adalah pandangan yang benar tentang segala yang ada dan segala yang tidak ada. Ingat, menurut tattwanya, Shiwa menciptakan segala yang ada dan segala yang tidak ada. Dengan demikian, pahamilah terlebih dahulu tattwanya. Seperti berikut ini penjelasan singkat menurut tattwanya. Ubun-ubun adalah gerbang yang menghadap ke langit. Karena Shiwa masuk melalui ubun-ubun, itu berarti Shiwa datang dari atas ubun-ubun, yaitu dari langit. Dari langit manakah Shiwa itu datang? Menurut tattwanya, langit Shiwa berjarak dwadasa anggula dari ubun-ubun. Dwadasa berarti dua belas. Anggula berarti jari. Jadi, Shiwa datang dari langit yang berjarak dua belas jari dari ubun-ubun. Yang dimaksudkan dua belas jari bukanlah jari berjumlah dua belas kemudian ditumpuk-tumpuk atau disambung-sambung. Lebih spesifik yang dimaksud anggula adalah ruas-ruas jari. Hitungan dua belas akan didapatkan dengan cara tidak menghitung ruas jari anggusta. Yang dimaksudkan anggusta adalah ibu jari, atau jempol. Seperti itulah jauhnya jarak langit Shiwa dari gerbangnya di ubun-ubun. Apakah dua belas jari itu hitungan secara biologis, ataukah hitungan secara mistis? Jawabannya tidak tersedia di dalam tulisan pendek ini. Jawabannya terdapat di luar teks. Ketika Shiwa ada di langit di atas ubun-ubun, ia disebut Shiwa yang bersifat niskala. Nis berarti tidak. Kala berarti waktu. Artinya, Shiwa ada di luar waktu. Karena ada di luar waktu, maka ia tidak terkena hukum waktu. Ia tidak dikendalikan tapi mengendalikan waktu. Itulah sebabnya ia disebut Sang Hyang Mahakala. Pengertiannya, ia lebih besar dari pada waktu. Shiwa yang memiliki sifat-sifat niskala disebut Shunyashiwa, atau Shiwa yang bersifat shunya. Shunyashiwa juga disebut Sang Hyang Tan Kawenang. Juga dinamakan Sang Hyang Acintya. Ia tidak bisa dipikirkan dengan pikiran. Ia tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Ia tidak bisa dirasakan dengan indria perasa. Ia tidak bisa ditunjukkan dengan jari telunjuk. Shunyashiwa atau Sang Hyang Tan Kawenang bersifat niraksara. Ia tidak bisa direpresentasikan oleh aksara. Ia bebas dari aksara. Pengertiannya, ia melampaui aksara. Oleh karena itu, Sang Hyang Tan Kawenang disebut Ongkara Tan Parupa Shastra, yaitu Ongkara yang tidak lagi memiliki rupa shastra. Karena tidak memiliki rupa shastra, maka ongkara ini sulit sekali dibayangkan. Menurut ajarannya, ongkara yang satu ini memang tidak untuk dibayangkan. Karena pikiran tidak akan “sampai” di sana. Shiwa yang tanpa rupa itu kemudian masuk ke dalam tubuh. Maka terjadilah perubahan dari Shiwa yang tanpa rupa menjadi Shiwa yang memiliki rupa. Ongkara Tan Parupa Shastra pun akhirnya berubah menjadi Ongkara Rupa Shastra. Sang Hyang Tan Kawenang berubah menjadi Sang Hyang Wenang. Sifat niskala berubah menjadi sifat sakala. Karena sudah bersifat sakala, maka ia terkena hukum waktu. Pendek kata, di dalam tubuh ia menjadi isi dari prana. Itulah sebabnya ia dinamakan Pranawa. Secara umum Pranawa diartikan sebagai Ongkara yang ada di dalam tubuh. Karena terkena hukum waktu, maka baik prana maupun Pranawa sama-sama datang dan sama-sama pergi. Sama-sama ada dan sama-sama hilang. Prana adalah bayu. Bayu diibarat- kan tali-temali yang mengikat tubuh, sehingga bagian-bagian tubuh tidak terlepas satu sama lainnya. Kalau nafas hilang, orang pun akan langsung mati. Tidak lama kemudian tubuhnya akan tercerai-berai. Bagian tubuh yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah. Bagian tubuh yang berasal dari air akan kembali ke air. Bagian tubuh yang berasal dari api akan kembali ke api, baik api dari tanah pawaka, atau api dari air pawamana, maupun api dari matahari suci. Nafas sendiri adalah angin yang berasal dari udara. Oleh karena itu, nafas akan kembali ke udara. Ada dua tingkatan udara, yaitu udara dengan sabda dan udara tanpa sabda. Udara dengan sabda adalah udaranya panca mahabhuta atau udaranya pradhana. Udara tanpa sabda adalah udaranya purusha. Hal ini perlu digarisbawahi, karena menurut tattwanya, nafas kembali ke udaranya panca mahabhuta. Sedangkan Ongkara Pranawa kembali ke udara tanpa sabda atau udaranya purusha. Ada bermacam-macam bayu di dalam tubuh. Semua bayu itu dikelompokkan menjadi dua puluh. Sebutannya adalah bayu rong puluh. Bayu yang berjumlah dua puluh kemudian diperas menjadi sepuluh. Namanya adalah dasabayu. Sepuluh bayu lagi diperas menjadi lima yang utama, yaitu bayu apana, wyana, udana, samana, prana. Kelimanya disebut pancabayu. Penjelasan lebih spesifik tentang kelima bayu silakan cari di luar tulisan ini. Yang paling utama di antara semua bayu adalah prana atau nafas. Mengapa dikatakan paling utama? Karena nafas itulah yang menghubungkan badan kasar dengan badan halus. Karena di dalam nafas itulah adanya Ongkara Pranawa. Karena nafas itulah yang menghidupkan dan yang sekaligus mematikan. Apakah hidup dan apakah mati itu? Hidup dan mati dari dulu sampai sekarang tetap sebuah misteri. Kalau orang masih menghirup nafas, maka dikatakan orang itu masih hidup. Kalau orang sudah menghembuskan nafas terakhir dikatakan orang itu sudah mati. Namun demikian, tetap saja orang tidak tahu kapan sebenarnya ia menghirup nafas yang pertama. Orang tetap saja tidak akan “menyaksikan” hembusan nafas terakhirnya. Begitu nafas terakhir dihembuskan, maka orang itu langsung mati. Bukankah orang mati tidak tahu dirinya mati. Kesimpulannya, orang tidak mengetahui hirupan nafas pertamanya, dan orang tidak mengetahui hembusan nafas terakhirnya. Jangankan mengetahui nafas yang pertama dan nafas yang terakhir, bahwa nafasnya terus ke luar masuk tubuh pun tidak selalu disadarinya. Kalau saluran pernafasannya tersumbat karena pilek misalnya, barulah orang umumnya ingat dengan nafasnya. Ironis sekali. Itulah sebabnya, diajarkan pranayama sebagai brata. Tujuannya membuat orang selalu ingat bahwa dirinya bernafas. Membuat orang sadar di dalam nafasnya ada Ongkara Pranawa. Nafas masuk dikatakan sebagai Ibu. Rupa shastra si ibu adalah ANG. Nafas ke luar disebutkan sebagai Bapa. Rupa shastra si bapa adalah AH. Sedangkan nafas diam adalah anaknya. Rupa shastra si anak adalah Ongkara Pranawa. Si anak diapit oleh ibu dan ayahnya. Ibu ada di bawah posisinya nungkayak [terlentang]. Bapa ada di atas posisinya makakeb [telungkup]. Si anak ada di tengah-tengah posisinya ngadeg [berdiri]. Ongkara Pranawa baru salah satu dari ratusan rupa dan nama Ongkara yang dititipkan kepada kita melalui berbagai pustaka. Untuk apa kira-kira para pendahulu menitipkan ratusan rupa dan nama Ongkara itu kepada kita? Jawablah sendiri! Oleh IBM Dharma Paiguna Source Majalah Media Hindu, Edisi 166, Desember 2017 Anapanasatiadalah meditasi mengamati/memperhatikan napas masuk dan keluar. Dalam anapanasati napas tidak diatur tetapi dibiarkan secara alamiah terjadi. Berbeda dengan Pranayama yang dengan sengaja mengatur napas. Anapanasati ada pada tataran Dharana dan Dhyana kalau dalam 8 tahapan yoga. Praktek Pranayama bisa disertai Pranava Japa atau dengan Gayatri Mantram. Bila menggunakan Pranava Japa, pengaturan nafas dilakukan dalam tiga tahapan saja, yaitu Menarik Nafas Puraka Menahan Nafas Antah Kumbhaka Menghembuskan Nafas Recaka Pada waktu menahan nafas saat kosong, setelah menghembuskan nafas Bahih Kumbhaka dibiarkan saja kosong tanpa pelafalan dalam hati manasu. Pelafalan sebagai berikut Lafalkan dalam hati suara Ang saat menarik nafas Puraka, bayangkanlah Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta yang penuh anugerah. Lafalkan dalam hati suara Ung saat menahan nafas Antah Kumbhaka, bayangkan Tuhan sebagai Sang Maha Pemelihara yang penuh dengan cinta kasih. Lafalkan dalam hati suara Mang saat menghembuskan nafas Recaka, bayangkan Tuhan sebagai Sang Maha Suci, pelebur segala kekotoran batin dan dosa-dosa. Bila menggunakan Gayatri Mantram, pengaturan nafas dilakukan dalam empat tahapan, yaitu Menarik Nafas Puraka, sambil melafalkan dalam hati OM – Bhur – Bhvah – Svah Menahan Nafas Antah Kumbhaka, sambil melafalkan dalam hati Tat – Savitur – vare – niyam Menghembuskan Nafas Recaka, sambil melafalkan dalam hati Bhargo – devasya – dimahi Menahan Nafas Bahih Kumbhaka, sambil melafalkan dalam hati Dhiyo – yonah – pracodayat Kedua praktek ini adalah yang paling praktis dan paling umum dilakukan oleh berbagai kalangan dan tingkatan penekun. Baik Pranayama dengan Japa tiga tahapan maupun empat tahapan, ada yang menyertai dengan penghitungan bulir-bulir tasbih japa mala. Namun, bagi sementara penekun yang merasakan ini sebagai kurang praktis dan mencolok terutama kalau sedang berada di tempat-tempat umum, bisa menggunakan nafasnya langsung sebagai tasbih japa mala. Yang manapun yang dipilih, hendaknya disesuaikan dengan kondisi, kepentingan dan kebiasaan masing-masing, agar ia dapat dipraktekkan dengan santai, tanpa ketegangan yang tak perlu. Ingat, tujuan utamanya adalah membersihkan atau menentramkan vritti. Dengan mempraktekkan pengaturan nafas ini seorang sadhaka bisa memperoleh umur panjang. Seorang lelaki sehat bernafas 14 sampai 16 kali dalam semenit. Pengurangan frekuensi nafas melalui latihan pranayama, meningkatkan ketahanan paru-paru. Konon, semakin rendah frekuensi nafas, semakin panjang umur makhluk hidup. Beberapa contoh pada binatang menunjukkan hal ini. Anjing misalnya, frekuensi nafasnya mendekati 50 kali per menit, dan umurnya hanya sampai sekitar 14 tahun saja. Sedangkan kuda yang frekuensi nafasnya 35 kali per menit, umurnya bisa mencapai 29 sampai 30 tahun. Gajah yang bernafas 20 kali per menit, umurnya bisa mencapai 100 tahun. Sementara seekor kura-kura lebih rendah lagi frekuensi nafasnya, yakni hanya 5 kali dalam semenit; oleh karenanya umurnya hingga 400 tahun. Yang lebih rendah lagi adalah ular. Ular hanya bernafas 2 sampai 3 kali per menit. Ular umurnya bisa 500 sampai 1000 tahun. Frekuensi nafas juga ada kaitannya dengan kehidupan spiritual. Semakin sedikit nafsu keinginan seseorang, semakin rendah frekuensi nafasnya, demikian juga sebaliknya. Bagi yang mempraktekkan japa, meditasi dan mempelajari kitab-kitab spiritual-religius/kitab-kitab suci, akan mempunyai frekuensi nafas yang lebih rendah dan mempunyai konsentrasi yang lebih baik. Semakin rendah frekuensi nafas seseorang, juga berarti semakin meningkat konsentrasinya dan lebih tenteram hidupnya. Jadi,semakin jelas bahwa pengaturan nafas bukan saja berkait dengan kesehatan dan umur seseorang, namun terbukti memang memungkinkan konservasi serta pengaturan daya-vital yang baik hingga amat kondusif dalam pengembangan batin. Yang paling perlu diperhatikan baik-baik adalah latihan yoga —jenis apa saja— harus dibawah bimbingan seorang Guru yoga yang handal, berpengalaman dan pasti, yoga tidak mungkin dipelajari hanya lewat buku-buku saja. Wrhaspati Tattwa memberi petunjuk “Tutup semua lubang yang ada dalam tubuh, seperti mata, hidung, mulut, telinga. Udara yang sebelumnya telah terisap, itu dikeluarkan melalui ubun-ubun”. Bila tidak terbiasa mengeluarkan udara melalui jalan itu, udara dapat dikeluarkan melalui hidung, namun secara perlahan-lahan. Itulah yang disebut Pranayama Yoga.” Seorang Guru pernah mengingatkan siswanya, “Gunakanlah nafasmu sebagai pegangan; dengan demikian pikiranmu dengan mudah kamu pusatkan. Pranayama akan amat membantumu dalam mencapai Samãdhi”. Chandogya Upanishad mengilustrasikan “Bagai burung yang diikat dengan tali; setelah terbang kesana-kemari tanpa menemukan tempat tinggal, ia akan kembali untuk beristirahat, justru pada tempat dimana ia terikat; begitu pula pikiran, setelah terbang kesana-kemari tanpa menemukan tempat tinggal, akan kembali beristirahat pada nafas, karena pikiran punya nafas sebagai pengikatnya.” Sumber Telah Dibaca 17,322 Definisipranayama dalam Y oga Sutra karya Rsi Patanjali adalah " Tasmin sati s v a sapra s v a sayor gativicchedaḥ pr a ṇ a y a maḥ" yang bermakna p engaturan nafas atau pengendalian terhadap prana adalah penghentian dari penghirupan dan penghembusan nafas yang mengikuti setelah memastikan teguhnya sikap duduk. Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 221800 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7e2f2daf92b7a0 • Your IP • Performance & security by Cloudflare 337 Teknik pernapasan 4-7-8 adalah pola pernapasan yang dikembangkan oleh Dr. Andrew Weil. Teknik ini didasarkan pada teknik yoga kuno yang disebut pranayama, yang membantu para praktisi mengendalikan pernapasan mereka. Jika dilakukan secara rutin, teknik ini dipercaya dapat membantu beberapa orang terhindar dari insomnia dan bisa tertidurSaat berenang, menyelam, atau memainkan instrumen musik, Anda perlu menahan napas. Namun, manusia tidak bisa terlalu lama menahan napas karena bernapas diperlukan agar organ tubuh berfungsi dengan baik. Ada beberapa reaksi yang akan muncul saat Anda mencoba menahan napas. Jika tubuh tidak memiliki kapasitas penyimpanan oksigen yang besar, menahan napas bisa menyebabkan kerusakan organ. Ketahui berapa lama manusia mampu menahan napas dan efeknya pada tubuh dalam penjelasan berikut. Rata-rata orang yang tidak menjalani latihan pernapasan tertentu mampu menahan napas selama 1 sampai 2 menit. Saat Anda menahan napas, kadar oksigen di dalam tubuh akan turun hipoksia dan kadar karbon dioksida akan naik secara perlahan karena zat ini ikut dikeluarkan saat bernapas. Tingginya kadar karbon dioksida di dalam tubuh akan memicu otak bereaksi meningkatkan keinginan untuk bernapas. Reaksi tersebut akan membuat Anda merasakan nyeri atau sensasi membakar di sekitar dada. Semakin lama menahan napas, otot-otot di sekitar diafragma akan berkontraksi menegang dan memaksa tubuh untuk bernapas. Kondisi ini bisa menyebabkan timbulnya rasa sesak yang mencekik. Jika terus menahan napas setelah lebih dari 2 menit, Anda akan mulai kehilangan kesadaran karena otak semakin kekurangan pasokan oksigen. Tubuh selanjutnya bisa mengalami kejang, tidak mampu mengontrol gerakan, dan hiperventilasi. Apabila terus menahan napas selama lebih dari 5 menit, Anda bisa langsung pingsan bahkan beberapa organ seperti hati, ginjal, dan otak bisa mengalami kerusakan. Namun, beberapa orang bisa menahan napas lebih lama Berapa lama manusia bisa menahan napas sangat bergantung dengan kemampuan tubuh menyimpan oksigen. Hal ini ditentukan dari kapasitas paru-paru, fungsi limpa, dan adaptasi tubuh terhadap lingkungan.
Lakukanlatihan ini setidaknya 5 menit dalam sehari. Latihan pursed-lips breathing. Teknik pernapasan ini sangat dianjurkan untuk penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Anda dilatih untuk mengurangi jumlah napas yang diambil dan membuat saluran udara terbuka lebih lama. Untuk melatihnya, cukup bernapas melalui hidung dan keluarkan
MEMAHAMI PRANA DAN PRANAYAMA Bag 1 ~ Paramahansa Yogananda “Para pemuja lainnya menawarkan pengorbanan dari nafas yang masuk dari prana kedalam nafas yang keluar dari apana, dan apana dalam napas yang keluar kedalam prana dalam nafas yang masuk, dengan demikian menahan penyebab penarikan dan penghembusan nafas menjadikan nafas tidak diperlukan dengan sengaja mempraktikkan pranayama teknik pengontrolan daya hidup Kriya Yoga.” – The Bhagavad Gita IV 29 Pranayama Kontrol Kekuatan/Daya-Kehidupan Pranayama berasal dari dua kata Sanskerta — prana kehidupan dan ayama kontrol. Karena itu Pranayama adalah pengontrol kehidupan dan bukan “pengontrol nafas.” Arti kata prana yang paling luas adalah kekuatan/daya atau energi. Dalam pengertian ini, alam semesta dipenuhi dengan prana; semua ciptaan adalah manifestasi kekuatan, permainan kekuatan. Segala sesuatu yang tadinya, adalah, atau akan menjadi, tidak lain adalah berbagai bentuk ekspresi dari kekuatan/daya/energi universal itu. Dengan demikian, prana universal adalah Para-Prakriti Alam murni, energi atau kekuatan imanen yang berasal dari Roh Yang Tak Terbatas, dan yang menembus dan menopang alam semesta. Dalam pengertian yang paling ketat, di sisi lain, prana berarti apa yang biasanya disebut kehidupan atau vitalitas suatu organisme di bumi — prana tanaman, binatang, atau manusia berarti kekuatan/daya hidup atau kekuatan vital yang menghidupkan bentuk itu. Prinsip-prinsip mekanis berlaku di setiap bagian tubuh — di jantung, arteri, tungkai, sendi, usus, otot. Prinsip kimia juga berlaku — di paru-paru, lambung, hati, ginjal. Tetapi untuk semua kegiatan ini apakah kita tidak perlu menambahkan sesuatu yang tidak mekanis atau kimiawi untuk menciptakan dan mempertahankan kehidupan dalam suatu organisme? “Sesuatu” itu adalah kekuatan/daya atau energi vital, lebih unggul dari agen pendukung kehidupan lainnya. Energi vital memanfaatkan kekuatan mekanis untuk memompa darah, memindahkan makanan di sepanjang saluran pencernaan, untuk melenturkan otot. Ia menggunakan kekuatan kimia untuk mencerna makanan, membersihkan darah, menyiapkan empedu. Ada hubungan dan kerja sama yang luar biasa di antara sel-sel di seluruh bagian tubuh. Ini adalah organisasi; dan prana adalah penguasa organisasi ini. Ini adalah pengawas, pengorganisasian, pengoordinasian, pembangunan, perbaikan kekuatan tubuh. Prana adalah kekuatan yang cerdas, tetapi tidak memiliki kesadaran dalam arti empiris, maupun transendental. Ini adalah dasar dari kesadaran empiris, tetapi jiwa adalah unit yang disadari. Jiwa melalui ego menentukan, dan prana, pelayannya, patuh. Prana, bukan material yang terlalu kasar/padat maupun spiritual yang halus, meminjam dari jiwa kekuatannya untuk mengaktifkan tubuh. Ini adalah kekuatan yang berada di antara jiwa dan materi untuk tujuan mengekspresikan yang pertama dan menggerakkan yang terakhir. Jiwa dapat eksis tanpa prana, tetapi prana dalam tubuh tidak dapat eksis tanpa jiwa sebagai substratumnya. Universal Prana Energi yang Meliputi Semua Ciptaan Universal Prana terbentuk dengan cara sebagai berikut Pada awalnya, Yang Maha Esa ingin menciptakan. Dari Satu, Ia ingin menjadi banyak. Keinginan-Nya ini, karena Ia mahakuasa, memiliki daya kreatif untuk melangkah keluar, untuk memproyeksikan alam semesta. Ia membelah dari Satu menjadi banyak, Kesatuan menjadi keanekaragaman. Tetapi Dia tidak ingin kehilangan keutuhan-Nya menjadi banyak. Jadi secara bersamaan Ia ingin menarik yang banyak kembali ke Singularitas/Kesatuan. Semacam tarik-menarik antara keinginan untuk menjadi banyak dari yang Satu, dan keinginan untuk menarik yang banyak kembali ke dalam Yang Satu — antara kekuatan keluar dan kekuatan kedalam, antara tarik-menarik dan tolakan, antara gaya sentripetal dan gaya sentrifugal. Hasil tarikan antara dua kekuatan yang saling bertentangan adalah getaran universal, tanda nyata dari gangguan pertama keseimbangan spiritual sebelum penciptaan. Dalam getaran ini dicampur keinginan kreatif Spirit/Roh menjadi banyak, dan keinginan menarik Spirit/Roh menjadi Satu dari yang banyak. Spirit/Roh, bukannya menjadi Banyak, atau menjadi Satu, tetapi menjadi Satu dalam yang banyak. Prana universal yang mendasari semua kombinasi dalam ciptaan adalah dasar dari persatuan yang mencegah Spirit/Roh Yang Satu/Esa terpecah menjadi banyak. Itu merasuki semua atom alam semesta dan setiap tempat di kosmos. Itu adalah hubungan yang mendasar, langsung, halus antara materi dan Roh — kurang spiritual jika dibanding dengan Spirit/Roh Yang Maha Besar, tetapi lebih spiritual daripada atom material. Prana universal ini adalah bapa dari semua kekuatan yang disebut, yang digunakan oleh Spirit/Roh dalam bentuk imanen untuk menciptakan dan mempertahankan alam semesta. Ketika atom-atom yang berbeda berkoordinasi menjadi suatu organisme — pohon, binatang, manusia — maka prana universal yang tertanam dalam setiap atom terkoordinasi dengan cara tertentu, dan kita kemudian menyebutnya prana khusus, kekuatan vital atau kehidupan. Meskipun setiap sel — bahkan setiap atom — dari tubuh manusia memiliki unit prana di dalamnya, tetap saja, semua unit dari semua atom dan sel dikuasai oleh satu prana koordinator, yang disebut prana spesifik, atau kekuatan/daya hidup. Prana Khusus Prinsip Hidup dalam Tubuh Prana khusus memasuki tubuh dengan jiwa dalam selubung astral jiwa pada saat pembuahan. Atas perintah jiwa, prana spesifik perlahan-lahan membangun dari sel tunggal primal tubuh bayi — sesuai dengan pola karma astral individu itu — dan terus mempertahankan bentuk itu sepanjang hidupnya. Prana tubuh ini terus diperkuat tidak hanya oleh sumber-sumber kasar seperti makanan dan oksigen, tetapi terutama oleh prana universal, energi kosmik, yang memasuki tubuh melalui medula “mulut Tuhan” dan disimpan dalam reservoir dari hidup di otak besar, dan di tengah-tengah tulang belakang, dari mana ia didistribusikan oleh fungsi-fungsi prana tertentu. Prana spesifik meliputi seluruh tubuh dan berbeda fungsinya di bagian yang berbeda. Ia dapat digolongkan ke dalam lima prana yang berbeda sesuai dengan fungsi-fungsi ini 1 prana berdasarkan keunggulan, atau kekuatan mengkristal yang membawa semua fungsi lainnya ke dalam manifestasi; 2 apana, atau kekuatan ekskresi, energi pemulung tubuh di mana produk-produk limbah tubuh dibuang; 3 vyana, atau kekuatan sirkulasi; 4 samana, atau asimilasi, pencernaan, yang dengannya berbagai makanan diproses dan berasimilasi untuk memelihara tubuh dan untuk membangun sel-sel baru; dan 5 udana, atau kekuatan di mana sel-sel dibedakan dalam fungsinya beberapa rambut tumbuh, atau kulit, atau otot, dan sebagainya oleh disintegrasi dan integrasi yang tak terbatas di antara mereka sendiri. Lima prana ini, meski terpisah, saling terkait dan bertindak dalam harmoni dan saling ketergantungan. Sebenarnya, mereka hanyalah satu prana yang bertindak dalam lima cara yang berbeda tetapi saling berkaitan. Dasar, atau kursi utama, prana tubuh adalah sistem saraf dan sel-sel dari sumbu serebrospinal dan sistem simpatis; tetapi juga dalam percabangan tak terbatas mereka dalam bentuk sel, serat, saraf, ganglia bahkan di sudut tubuh yang paling jauh sekalipun. Dengan demikian prana bekerja terutama dalam sistem simpatik atau tidak sukarela; tetapi di samping itu, kegiatan sukarela hanya dimungkinkan karena prana, dalam lima kekuatan konstituennya, meliputi dan bekerja di seluruh tubuh. Prana dan Apana Dua Arus Utama dalam Tubuh Ayat Gita ini membahas dua fungsi spesifik kekuatan hidup dalam pembedaannya sebagai prana dan apana. Karena ada “tarik-menarik” pada skala makrokosmik yang merefleksikan keinginan memproyeksikan Spirit/Roh untuk menciptakan dan keinginan menarik-Nya yang berlawanan untuk membawa yang banyak kembali ke Yang Esa, demikian juga kontes yang sama dalam dualitas ini berlangsung dalam skala mikrokosmik dalam skala tubuh manusia. Satu ungkapan dualitas positif-negatif ini melibatkan interaksi antara prana dan apana. Ada dua arus utama dalam tubuh. Satu, arus apana mengalir dari titik di antara alis ke tulang ekor. Arus yang mengalir ke bawah ini mendistribusikan dirinya melalui pusat tulang ekor ke saraf sensorik dan motorik dan menjaga kesadaran manusia secara terikat pada tubuh. Arus apana gelisah dan melibatkan manusia dalam pengalaman indrawi. Arus utama lainnya adalah prana, yang mengalir dari tulang ekor ke titik di antara alis. Sifat arus hidup ini tenang; itu menarik ke dalam perhatian penyembah/meditator selama tidur dan dalam kondisi terjaga, dan dalam meditasi menyatukan jiwa dengan Spirit/Roh di Pusat Kristus/Keilahian di otak. Dengan demikian ada tarikan yang berlawanan dilakukan oleh arus yang mengalir ke bawah apana dan arus yang mengalir ke atas prana. Kesadaran manusia ditarik ke bawah atau ke atas oleh tarik-menarik antara dua arus ini untuk mengikat atau melepaskan jiwa. Arus vital yang mengalir keluar dari otak dan tulang belakang ke sel, jaringan, dan saraf menjadi terikat dan tersumbat dalam materi. Itu digunakan, seperti listrik, melalui gerakan motorik tubuh sukarela dan tidak sadar dan aktivitas mental. Ketika kehidupan di dalam sel, jaringan, dan saraf mulai habis oleh motorik ini dan aktivitas indra-persepsi — terutama melalui tindakan yang berlebihan, tidak harmonis, tidak seimbang — prana bekerja untuk mengisi ulang dan menjaga vitalitasnya. Namun, dalam proses mengonsumsi energi kehidupan, mereka mengeluarkan produk limbah, “pembusukan.” Salah satu produk tersebut adalah karbon dioksida yang diekskresikan oleh sel ke dalam aliran darah; tindakan pemurnian segera prana menjadi perlu untuk menghilangkan akumulasi “pembusukan” ini atau kematian akan segera terjadi. Fisiologi dari pertukaran ini adalah nafas. Bersambung…
AnulomVilom Pranayama Anulom Vilom Pranayama dapat dilakukan dengan menutup hidung kanan dengan ibu jari kanan, kemudian Tarik nafas melalui hidung kiri, tampa menahan nafas kemudian hembuskan melalui hidung kanan denga menutup hidung kiri. Posisi badan tetap mengambil sikap vajrasan. Lakukan secara bergantian selama 1-3 menit setiap tahapannya.